Friday

Mukmin yang kuat

                                            Gambar hiasan sahaja. Jangan terpengaruh.


عَنْ أَبى هُرَيْرةَ رَضِىَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلَّم: المُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كلِّ خَيْرٌ. اِحْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْحَزْ، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ، وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
(رواه مسلم)


Terjemahan:
Dari Abi Hurairah ra, katanya: Telah bersabda Rasulullah (sallallahu alayhi wasalam): Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai olih Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada tiap-tiap (mereka) ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah kamu mendapatkan apa yang mendatangkan manfaat bagi kamu, dan pohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu lemah, dan sekiranya suatu (musibah) menimpa kamu maka janganlah kamu mengatakan: Kalau saya melakukan itu (dulu) sudah tentu saya akan begini dan begitu, tetapi katakanlah: (Ini adalah) takdir Allah, Dia berkuasa melakukan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya “KALAU” membuka amalan syaitan. (Hadis Riwayat Muslim)




Syarah Al-Hadis
Hadis di atas mengandungi beberapa perinsip penting dalam ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah diantaranya:
1.       Hadis mengitsbatkan (menetapkan) Al-Mahabbah (cinta) sebagai salah satu sifat bagi Allah. Sifat tersebut sangat tergantung pada kehendakNya jua untuk melebihkan kecintaanNya pada seseorang mengatasi kecintaanNya pada orang lain. Kecintaan Allah pada mukmin yang kuat adalah lebih besar dibandingkan dengan kecintaanNya pada mukmin yang lemah.
2.       Hadis juga menunjukkan bahwa IMAN adalah mencakupi urusan hati, ucapan dan perbuatan. Iman ada tujuh puluh cabang lebih, cabangnya yang paling tinggi: Laa Ilaaha Illa Llaah, dan yang paling rendah ialah membuang sesuatu yang berbahaya dari jalan. Jadi tahap kesempurnaan iman seseorang sangat ditentukan olih banyak sedikit cabang-cabang iman tersebut dimilikinya. Barangsiapa yang melaksanakan sepenuhnya, menyempurnakan dirinya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal salih, dan menyempurnakan pula orang lain dengan berpesan-pesan dengan kebenaran (dakwah) dan berpesan-pesan pula dengan kesabaran, maka orang inilah mukmin yang kuat dan berhak mendapat derjat iman yang paling tinggi. Dan barangsiapa yang tidak sampai ke derjat itu, dialah mukmin yang lemah. Inilah dalil Salafus Salih bahwa iman itu dapat bertambah dan dapat pula berkurang karena ia sangat ditentukan olih ilmu dan amal salih seseorang.
3.       Setelah baginda menyatakan kelebihan mukmin yang kuat dengan mukmin yang lemah, baginda menjelaskan pula bahwa kedua-dua jenis mukmin itu masing-masing ada mempunyai kebaikan. Kenyataan ini perlu disebut olih baginda karena beliau khawatir kalau-kalau akan muncul kelak golongan yang suka memperkecil-kecil dan memandang remeh mukmin yang lain karena perbedaan pandangan dalam perkara-perkara yang tidak perinsip. Dan ditinjau dari sudut lain pula kenyataan tersebut dirasakan perlu supaya umatnya sentiasa berusaha untuk menjadi mukmin yang kuat agar lebih dicintai olih Allah. Dalam hadis ini juga menunjukkan bahwa mukminin tidak sama dalam taraf kebaikan, kecintaan Allah pada mereka, istiqamah dalam beragama dan lain-lain. Derjat masing mereka berbeda-beda, ini sebagaimana firman Allah:


      وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا
"Dan bagi masing-masing mereka derjat menurut apa yang telah mereka kerjakan".[Surah Al-Ahqaaf 46:19]

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...